Bu, entah mengapa aku
ingat tangisku tanpa sadarku tadi malam..
Saat aku lihat wajahmu
saat tidur malammu,
Di saat istirahat
sejenakmu yang mungkin akan aku lihat lagi satu minggu lagi…
Bu..…entah mengapa aku
ingin menuliskan ini……..
Bu, Selalu jika aku ingat kau, aku tak kuasa untuk tidak menangis Bu..
Sampai saat ini aku
belum bisa memberi sesuatu untuk ibu, aku belum bisa menjadi sesuatu…..
Meski kau tak pernah
minta sesuatu dariku bu…..
Bu, waktu semakin berjalan ya.
Entah sudah berapa
umur Ibu.
Kau dulu cuma bilang
kalau ibu lahir di tahun 1942, itupun kau ragu.
Itu berarti 72 tahun
yang lalu…
Ah ibu semakin menua,
tapi ibu tak pernah mau berhenti menjadi ibu.
Menjadi ibu adalah
karunia terbesar yang diberikan Allah , mungkin itu pikiranmu bu….
Bu tak terasa waktu berjalan….
Kami kini semua telah
dewasa bu…
Sulungmupun sekarang
sudah menjadi seorang guru..
sebuah harapanmu dan Bapak
agar salah satu anakmu menjadi guru…..
Kakak yang lainpun sekarang sudah mandiri ya bu, tidak menggantungkan lagi sama bapak dan Ibu….
Kakak yang lainpun sekarang sudah mandiri ya bu, tidak menggantungkan lagi sama bapak dan Ibu….
dan kini aku ibu…..,
telah menginjak dewasa pula…
Bu.. ingatkah kau saat kita,,kau dan aku..berbagi nasi kucing satu bungkus di jokja?
Sampai kita
kucing-kucingan saling membohongi kalau kita masing-masing sudah makan….
Ah.. 2 tahun di jokja
yang menyakitkan namum penuh berkah ya bu…
Bu, aku ingin membahagiakanmu…
Aku ingat saat kau
tersenyum bahagia bersama bapak di hari wisudaku,
Hari yang mungkin
paling kau tunggu karena untuk mencapai itu tidaklah mudah
Berbeda saat
Kakak-kakakku wisuda..karena saat mereka kuliah waktu itu kau masih di beri
kemudahan rejeki oleh-NYA, alkhamdulillah ya bu, akupun menjadi sarjana walau
harus 7 tahun tuk meraihnya…
…..Hhari itu….. Engkau
menangis menatap bangga aku memakai toga kebesaran.
Dan ibu menciumku,
menggumankan sesuatu, yang pasti do’a ,yang kutahu tak pernah lupa untuk ibu
panjatkan…..
Ya wisudaku hanya ada
kau ibu serta Bapak…
Manakala yang lainnya
mengendarai Mobil untuk mengantar Anak-anaknya di wisuda,
Dengan banyak saudara
yang mengirinya,..
Tak terkecuali Gadis
yang sekarang memberimu 2 orang cucu bersamaku bu…
Tak mengira ya bu
sekarang dia jadi menantumu….
walau kita cukup naik
bus melihat dengan jelas waktu kebahagiaan terpancar diantara kita… maish inet
tidak bu setelah wisuda selesai kita makan Mie ayam, Indah ya bu…aku tidak akan
melupakan itu ibu… Kebersamaan dengan keterbatasan yang membahagiakan Bu…
Bu, aku tak ingin menangis..
Tapi entah mengapa aku
menangis menuliskan ini…
Apakah karena aku
belum bisa memberi yang terbaik buat ibu…
Walaupun aku telah bekerja
kini…..
Bu,
aku cinta ibu….
Aku ingat ibu, betapa
dulu aku tak terpikirkan mengucapkan kalimat seindah itu pada ibu…
Bu, kadang aku rindu masa kecilku..
Aku rindu saat ibu
mengangkatku tinggi tiap kali ibu selesai memandikanku….
Bu….Aku rindu saat ibu mengajakku bepergian…
Bu….Aku rindu saat ibu mengajakku bepergian…
Ibu begitu bangganya
bercerita tentang aku..
Dulu aku selalu meminta pembenaran dari ibu..
Tiap kali melakukan
sesuatu yang tidak biasa…
Ah masih ingatkah
ibu,..
Dulu tiap kali aku
ingin membatalkan puasa..
(setelah bandel di
siang bolong ramadhan bermain dan berlarian bersama teman-teman yang membuatku
kehausan)
Aku selalu meminta
pertimbangan ibu..
Lama waktu itu aku
merajuk,…
sampai akhirnya ibu luluh
dan berkata : ya sudahlah.
Aku tak pernah berani
untuk sembunyi-sembunyi membatalkan puasaku,
Karena ibu tak pernah
mengajarkan seperti itu .
Dan sekarang bu,…
Aku harus memutuskan
sendiri tindakanku.
Lalu akupun harus
mempertanggungjawabkan sendiri tindakanku itu…
Sekarang aku harus
bisa menjaga diriku sendiri bu…
Berat… berat sekali bu…
Aku harus bisa
menopang kedua kakiku agar tidak tergelincir.
Menjaga keseimbanganku
agar tidak jatuh bu,.
Menjaga semuanya bu.
Aku membayangkan
begitu beratnya ibu harus menjaga aku diwaktu aku kecul dulu….
Bu ingin aku mengulang masa-masa dulu….
Begitu senangnya
mengajakku ke ladang untuk mengantar makanan buat bapak….
Dan kitapun makan bersama….bu aku ingin seperti itu lagi…
Dan kitapun makan bersama….bu aku ingin seperti itu lagi…
Aku takut aku belum
bisa membahagiakan ibu.
Aku takut ibu tak
sempat menikmati buah dari perjuangan ibu itu…
Aku tahu bu, ketakutanku
tak beralasan sekali…
Karena mungkin aku
bisa saja mendahului ibu,
Tapi ah tetap saja bu,
ketakutan itu,…
ketakutan melihat
kerut diwajah ibu yang kian rata,
Ketakutan melihat gigi
ibu yang semakin banyak yang tanggal,
Ah aku takut bu…
Bahkan semakin takut
tiap kali aku mengingat ibu mengeluhkan kaki ibu..
Yang sering linu dan
meminta diolesi balsem sambil dipijiti,..
Ku melakukannya dengan
malas-malasan sambil bilang : dibuat tidur juga sembuh,
Yang langsung kau
balas: “mana mungkin bisa tidur nak kalau kaki linu begini”.
Padahal bu…
Kau selalu ikhlas tiap
kali mengurut kakiku yang keseleo setelah main sepak bola di lapangan…
Bu, apa yang ibu lakukan sekarang?
Sudahkah ibu istiraha?
Sudahkah ibu sejenak
mengistirahatkan kaki ib?
Ah kau memang tak
pernah istirahat bu…
Tiap kali kau
merebahkan badan ada saja yang menganggumu (termasuk aku),
Menanyakan hal-hal
kecil, mengadu hal-hal kecil..
Meminta
pertimbangan-pertimbangan…
Kau memang muara
segala hal bu.
Semuanya akan menjadi
ringan bila dilaporkan padamu.
Kau selalu menenangkan
…
Entahlah, mungkin itu
senjata yang diberikan Allah pada semua ibu di muka bumi.,
Kau tak perlu banyak
berkata-kata,..
Kau cukup memandang,
dengan wajah teduhmu,
Semuanya terasa ringan
kembali.
Semuanya seolah
bukanlah beban.
Semua itu bu,
semuanya,…
Membuat aku bertambah
sayang pada ibu…
Aku mencintaimu bu, Walau
itu tak pernah terucap.
Sama halnya kau tak
pernah mengucap kata cinta pada anak-anakmu ,
Tapi aku tahu kau
mencintai kami bu.
Kecintaanmu
bahkan tak terwakili oleh kata cinta itu sendiri.
Akhirnya hanya itu yang mungkin bisa kuberikan bu.
Semuanya menguap. Terlalu banyak kasih sayangmu yang coba aku
ceritakan…
Terlalu beragam senyummu
yang coba aku terjemahkan.
Semuanya terlalu
sesak. Tak akan muat dalam lembaran kertas.
Maafkan anakmu ini bu, karena bahkan sampai segede ini masih sering merepotkanmu.
Maafkan anakmu ini bu, karena bahkan sampai segede ini masih sering merepotkanmu.
Dan mungkin belum bisa
menjadi seperti yang engkau harapkan...
Tapi aku kan selalau berusaha ibu.....hanya untuk engkau ibu....
Dan jika waktu bisa berputar ke belakang, sungguh bu, aku ingin kembali terlahir dari rahimmu.
1 Maret 2014
True Story - Seperti
yang di kisahkan Niawan kepada penulis…Tapi aku kan selalau berusaha ibu.....hanya untuk engkau ibu....
Dan jika waktu bisa berputar ke belakang, sungguh bu, aku ingin kembali terlahir dari rahimmu.
1 Maret 2014